November21
Pagi ini aku lelah, melihat tumpukan tugas kuliahku. Semakin hari kuliah bagai tak kuliah. Tugas kubiarkan semakin menumpuk, tanpa pernah aku menjamahnya. Nah, sudah jam 3, saatnya jalan-jalan dengan Pluto. Pluto adalah anjingku yang imut. Dia bukan anjing sembarang anjing lo. Papanya berasal dari Cina, dan mamanya turunan Indo-India.
“Ayo, Pluto.. lari..tu..wa..ga..pat..”seruku padanya sambil berlari. Kali ini aku malas membawanya dengan menggunakan rantai. Aku membiarkannya merasa lebih bebas hari ini. Ini adalah trikku supaya dia tak benci padaku, karena anjing ini baru dua bulan bersamaku.
Di persimpangan jalan, tanpa terlihat olehku, terjadi sebuah kejadian menakjubkan dengan sangat capat. Pluto berlari di samping kananku, dan dari persimpangan jalan sebelah kanan, seorang nenek sedang bermain skater di jalanan, semakin dekat, dan dalam hitungan detik… buff.. skaternya lepas tepat di atas ke empat kakinya Pluto, dan si nenek pun terbang tanpa sayap. “Wow.. nenek.. awaasss..” teriakku kaget. Tak lama si nenek kembali menapakkan kakinya di atas bumi yang bergravitasi 9.8 m/s^2 dengan tepat, tanpa sedikitpun meleset. Sungguh di luar dugaanku.
Lalu, sekilas bagai tak percaya, aku melihat benda terbang di atas kepalaku. “Busett.. nek.. gigimu standing..”teriakku shock. Secepat kilat, Pluto dengan skater yang sudah terpasang rapi di bawah kakinya, beraksi, berskater ria di jalanan untuk mengejar ke arah gigi si nenek yang lagi standing. Dan tak sampai 5 menit, gigi pun kembali ke pusat bumi, dan Pluto pun dengan sigap menangkapnya. Kini, luar biasa, gigi si nenek kini tepat berada di gigi Pluto. “OMG.. Plutoo..kamu hebatt..” sorakku membanggakan Pluto..
Dan pluto pun kembali ke arahku dengan menggunakan skater si nenek. Lalu aku mengambil gigi si nenek dari mulut Pluto dan langsung mengembalikannya kepada si nenek. “Ini nek.. giginya nenek yang abis standing. Lain kali kalo mau main skater hati-hati ya nek..”ucapku polos. Nenek pun mengangguk dan lantas berkata kepada anjingku, “Terima kasih nak..Kau benar-benar hebat..”dan lantas pergi. “Arrggg..masa nenek itu ngucap trima kasih ke anjing, dan pake manggil nak segala ke anjing. Sudah rabun ya… Grrr..”celetukku. Pluto pun tampak tersenyum, khas anjing kalau lagi tersenyum.
Yah, itulah Pluto, anjingku. Dia t’lah kami latih untuk berbagai intelijensi manusia, dalam waktu 2 bulan ini. Tak heran kalau ia mampu berpikir kritis dan mampu mengendarai skater si nenek.
Perjalanan ini pun kurasa cukup, karena masih shock setelah mengalami kejadian ini. Lalu aku dan Pluto pun pulang ke rumah.