August22
Senja yang tadi baru saja kulihat kini tlah berlalu. Tiada terasa lagi hari yang begitu indah dan suasana sunset di pantai yang baru saja kurasakan. Semuanya seperti lenyap terhanyut dalam mimpiku. Kepalaku masih terasa berat dengan sisa bau alkohol yang menyelimuti kawasan mulutku. Ya, tadi malam setelah melihat sunset itu, aku sudah mulai tak sadarkan diri. Aku mabuk setelah meneguk berpuluh gelas minuman beralkohol itu. Aku tak sadarkan diri.
Kini pagi tlah hadir kembali. Aku tersadar tanpa berbusana, hanya berlapiskan selimut. Di sampingku seorang gadis yang amat sangat kucintai. “OMG, apa yang telah kulakukan semalaman dengannya. Dia masih menangis di sampingku.”
Suasana haru menyelimuti hatiku. Tak lagi kuingat perasaan kacau dalam pikiranku kemarin. Semua telah hilang dan kini mulai digantikan oleh rasa ketakutan yang mendalam. “Apa yang harus kulakukan?,” sekali lagi aku bergumam.
Mungkin hari ini aku harus segera berlari untuk menceburkan diri ke dalam mimpi yang tak pernah termimpikan sebelumnya. Sebuah hari yang tak pernah kubayangkan sepanjang perjalanan hidupku. Aku telah melakukan kesalahan terbesar sepanjang hidupku, yang tak hanya merugikan diriku, tapi juga merugikan orang-orang yang kusayangi dalam hidupku. Bagaimana harus kulalui hari-hari yang demikian berat bagiku. Aku tak sanggup. Dan dia masih menangis di sampingku, dengan suara berat terisak-isak.
Aku mulai bergegas menuju kamar mandi, untuk membasuh diri, berharap terlepas dari rasa dosa ini. Namun masih saja aku tak kuasa menahan diri. Aku merasa hidup ini bukan lagi milikku sepenuhnya. Aku t’lah dikuasai oleh iblis yang t’lah tega menghancurkan masa depanku. Tapi, kuyakin Tuhan masih mendengarku. Aku mulai berbicara sendiri seperti orang gila, namun aku berbicara kepada Tuhanku. “Tuhan, ini aku. Tersadar di pagi. Merasa dingin. Tanpa hembus angin. Tuhan, langkah ini seperti terhenti. Padahal aku masih berpijak di bumi ini. Adakah jalanku untuk melanjutkan ini tertulis dalam suratan nasibmu?”ucapku sambil meneteskan air mata.
Tak lama ku terdiam, terdengar seruan menjawab rintihan hatiku. “Oh anakku, semua jalan hidup t’lah ada, namun kau yang menjalani, kau yang mengubah, kau yang membentuk, Aku hanya perancang buatmu, nak. Aku tak bisa menyalahkanmu. Lanjutkanlah yang terbaik dalam hidupmu. Dan bila kau dapati kesulitan, jangan pernah kau takut untuk memanggil dan meminta pendapatKu.” Tersentak aku tiba-tiba. Dan kudapati aku di tempat tidurku di rumahku yang damai dan indah. Bukan di kamar yang tadi kutempati dengan seorang gadis pujaan hatiku. Ternyata itu hanya rangkaian bunga tidur. Aku masih jomblo.
Mungkin selama ini pernyataan dalam batinku yang memaksaku ingin segera memiliki pujaan hati, karena selama ini hari-hariku sepi tak bersambut cinta dari seorang gadis. Mungkin juga petunjuk dari Tuhan ataupun malaikatnya yang memberitahuku bila aku harus bersabar dengan keadaan yang sekarang ini. Mungkin bila aku memaksakan mencari seorang kekasih, aku bisa terjebak dalam situasi yang tak kuinginkan seperti dalam mimpiku. Karena aku masih belia dan tak bisa menahan emosiku yang masih labil. Aku masih berusia 15 tahun. Mungkin belum bisa mengerti berpacaran yang baik dan sesuai norma yang ada. Terima kasih Tuhan dan para malaikat. Terima kasih mimpiku.
“OMG, sudah pukul 7 tepat. Aku terlambat bangun. Bisa-bisa aku terlambat ke sekolah dan tidak diijinkan memasuki kelas oleh Bu Nita, guru Biologiku di Shift pertama pagi ini.”seruku sambil bergegas meloncat dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Aku pun bergegas mandi dan tak sempat menyelesaikan sarapanku yang t’lah disiapkan oleh mba Nethi, pembantu di rumahku. Ibuku telah berangkat kerja sejak pagi-pagi buta, karena perjalanan dari rumah ke kantornya lumayan jauh. Ayahku telah lama cerai dari ibuku. Dan aku yang merupakan anak satu-satunya tinggal bersama ibuku di rumah ini.
“Aku pergi dulu ya, mba Nethi. Sudah telat ni..”triakku sambil mengeluarkan sepedaku dari rumah dan mengayuhnya secepat mungkin. Dan hampir saja aku terlambat. Begitu sampai di sekolah, satpam hampir saja menutup gerbang sekolah. “eits.. pak.. tunggu.. saya masuk dulu..”ucapku sambil melempar senyuman kepada satpam di sekolahku. Akhirnya aku berhasil juga masuk sebelum dinyatakan terlambat. Maklum, gerbang ditutup 15 menit sebelum bel berbunyi. Dan bila pagar sudah tertutup, para siswa dilarang masuk sampai bel tanda masuk berbunyi. Dan dengan demikian dinyatakan terlambat dan layak diberi hukuman.
Aku bergegas ke kelas. Sesampai di kursiku dan meletakkan tasku, aku teringat lagi mimpiku itu dan membuatku melamun di kelas. Tanpa kusadari guru Biologiku, bu Nita telah memasuki kelas dan menangkap pandangan mataku yang kosong. Dan dia memanggil namaku dengan mata berkelap kelip seperti lampu flip flop, “Hanz Darmawan!” Aku terkejut dan menghentikan sementara lamunanku. Aku berkata, “Ya, Bu Nita. Selamat Pagi!!” Dia lantas berkata, “Apakah kamu melamun memikirkan saya??”
Wah, gawat… ujarku dalam hati. lantas aku menjawabnya, “iya bu.. saya kepikiran ibu ni.. saya ada sesuatu yang ingin saya diskusikan dengan ibu..” “ok, nanti sehabis kelas ini, kamu temui saya di kantor. Sekarang kita lanjutkan dulu pelajarannya biar teman-temanmu ga merasa dirugiin waktunya. Baik anak-anak, selamat pagi.. Hari ini kita ada kuis surprise dari ibu.. Buka buku kalian halaman 51, kerjakan evaluasi mandiri yang ada di sana, cukup 10 soal PG dan 5 soal essay dari 10 soal. Kerjakan!”seru bu Nita.
Kuis pun berjalan lancar dan aku dapat mengerjakannya dengan sempurna. Seusai kelas, akupun menemui bu Nita di kantor. Sebelumnya,aku bekerja keras memutar otak untuk dapat menyiasati kondisi ini. Lalu terpikir olehku, untuk meminta les biologi kepadanya. Ya..les biologi akan kujadikan alasanku tadi.. Terlanjur sih ngatain butuh bantuannya bu Nita.. ckckck..
Aku pun mengetuk pintu kantor dan berjalan menuju ke meja bu Nita lalu menyampaikannya, “gini bu.. Saya terkadang mengalami kesulitan untuk belajar biologi. Kayanya saya butuh les biologi deh sama ibu..”
“lho?? biologi kog pake les segala? Kan bisa belajar sendiri Hanz. Kalo emank kamu ada kesulitan, kamu boleh kog blajar ke rumah ibu. Nih kamu bisa tahu alamat rumah ibu dari facebook ibu.. Di add ya..nanti juga bisa bahas lewat facebook kan kalo lagi malas ke rumah ibu…”celetuk bu Nita sembari mencatatkan alamat email facebooknya untuk diberikan kepadaku. “Thanks ya bu Nit.. Ibu baek deh..hehe..”ucapku seraya merayu.
Lalu aku kembali ke kelas karena pelajaran berikutnya telah dimulai. Hari ini aku menjalani semua pelajaran dengan ceria karena panas demamku telah turun. Mungkin ini yang mengakibatkan aku sampai bermimpi dalam mimpi tadi malam.
Bel tanda kelas telah berakhir pun berbunyi dan aku bergegas pulang ke rumah dengan mengayuh sepedaku. Sesampai di rumah, aku meletakkan sepeda, berganti pakaian, dan segera menyantap makan siangku sendiri karena ibuku biasanya pulang pukul 5 sore. Setelah menyelesaikan makan siang, aku mengerjakan tugas-tugas sekolahku, hingga akhirnya ibuku pun pulang. Aku menceritakan apa yang kualami hari ini di sekolah kepadanya dan kemudian aku berpamit untuk pergi ke rumah bu Nita untuk mendiskusikan pelajaran biologi yang tak bisa kuselesaikan karena tidak ada penjelasan terperinci di buku biologi milikku. Sebelumnya, aku menyempatkan untuk membuka facebook, dan mencari alamat facebook bu Nita. Setelah masuk ke profilnya, aku segera meng-add dia sebagai teman, dan tak lama dia segera menerima request teman dariku, karena kebetulan dia adalah guru gaul yang online 24 jam. Setelah diterima sebagai teman, aku dapat mengakses info di profil facebooknya, dan melihat alamat rumahnya. Ternyata rumahnya jauh dari rumahku.
Akupun meminta ijin untuk pergi menggunakan mobil yang digunakan ibu ke kantor tadi, berhubung karena rumah bu Nita jauh dari rumahku. Dengan diantarkan sopir, aku berangkat ke rumah bu Nita. Sesampai di rumahnya, aku memencet bel rumahnya, dan tak lama aku terperangkap dalam kekaguman yang luar biasa hingga ku tak dapat berkata-kata. Dari dalam rumah, keluar seorang gadis yang sangat cantik, aku langsung jatuh cinta kepadanya. Dalam diamku, tiba-tiba dia bertanya, “Maaf kak, nyari sapa ya..??” Aku langsung tersadar, dan aku menyatakan niatku untuk menemui bu Nita, guru biologiku, yang ternyata adalah ibunya gadis cantik ini.
Tak lama, bu Nita keluar dari dalam dan mengajakku masuk ke dalam rumahnya. Aku pun menyuruh sopir menungguku di mobil. Aku masuk ke dalam dan hampir melupakan tujuanku datang ke rumah bu Nita. “Ada kesulitan Hanz pr bio-nya?”tanya bu Nita. “Oh, iya bu. saya hampir lupa. Ini saya bingung tugas yang nomer 3 tadi..” Bu Nita pun menjelaskan kepada saya maksud pertanyaannya dan meminjamkan buku biologi miliknya untuk saya mencari penjelasan rinci mengenai kasus tersebut. Setelah saya menyelesaikan tugas saya itu, saya pun bertanya kepada bu Nita tentang gadis cantik yang saya temui tadi. Ternyata saya lebih tua 1 tahun dari dia, dan dia bersekolah di satu-satunya sekolah internasional di kota ini. Setelah itu, aku pun bergegas berpamitan pulang, karena hari sudah menjelang malam. Tak lupa aku pamit kepada anak bu Nita, namun sebelumnya aku meminta alamat facebooknya dengan topeng ingin menambah teman saja. Setelah dia memberikannya, aku bergegas pulang dengan sopirku. Sesampai di rumah, aku membuka facebook lagi dan meng-add gadis itu, namanya Meriske. Kebetulan dia sedang tidak online, dengan sedikit kecewa aku pun menutup facebook-ku dan bersiap untuk makan malam. Aku berharap aku bisa meneruskan menjalin hubungan spesial dengan gadis yang berhasil membuat jantungku berdebar-debar ini.
to be continued…